Pengangguran lyfe

Dalam rangka mempersiapkan acara pindahan dari Swedia ke Irlandia, gw pun melakukan serentetan hal yang harus dilakukan: stop lease apartemen, ngirim barang-barang ke Irlandia, stop enrolment anak di sekolah, dan resign dari kerjaan di LiU. Awalnya gw memperhitungkan bahwa di akhir Mei visa- visa Irlandia gw sudah kelar (Irlandia bukan bagian dari Schengen, blame UK) – akan tetapi sayangnya karena acara lockdown serius di Irlandia proses pembuatan visa gw sekeluarga tertunda hingga saat ini. Walhasil saat ini gw sedang dalam posisi di mana gw jadi pengangguran dan tinggal di akomodasi sementara dengan barang-barang secukupnya.

Seminggu setelah pindah ke serviced apartment yang letaknya agak di pinggiran kota, gw sekarang jadi punya waktu luang yang sangat-sangat banyak. Karena sepeda gw juga udah dikirim ke Irlandia, opsi gw menanti visa di musim panas ini jadi lumayan terbatas.

Terus apa yang gw kerjakan sehari-hari? Karena anak udah cabut dari förskola, hari-hari gw jadi berputar antara menghibur anak (yang mayoritas cuma di dalam kamar hotel karena hotelnya 20 menit jalan dari kota), mainan hape, nonton TV, dan mencoba produktif dengan baca beberapa buku. Olahraga belom gw lakukan karena gw masih beresin puasa syawal yang agak tertunda selama proses pindahan rumah.

Apapun yang gw kerjakan di periode ini, gw memutuskan untuk bisa menggunakannya semaksimal mungkin buat self-development karena setelah pindah ke Irlandia pun gw harus karantina 2 minggu, yang berarti kondisinya akan lumayan mirip.

Mau dibawa ke mana?

Makin banyak opsi yang tersedia buat manusia, biasanya akan makin sulit buat manusia mengambil keputusan. Di sinilah penting untuk punya clarity, apa self-improvement yang mau dicapai dan bagaimana gw akan mencoba mengimplementasikan habit yang bisa gw gunakan untuk mencapai target itu.

favorite disney movie! | Alice and wonderland quotes, Wonderland quotes,  Senior quotes

Hal paling dasar yang bisa gw lakukan untuk mendapatkan sedikit clarity of purpose di masa-masa pengangguran ini adalah dengan melakukan journaling singkat tiap hari. Poin-poin yang akan gw tulis simpel aja: mau jadi orang seperti apa hari ini? Apa yang gw rasakan hari ini? What went well, and what can be improved? Simpel, tapi dengan menulis di jurnal gw memaksa diri gw untuk berpikir dengan lebih pelan dan terarah, tanpa noise. Dari sini gw dapat gambaran hal apa yang mau gw capai hari ini.

Saat ini gw memutuskan bahwa selama nganggur dan isolasi nanti, gw ingin fokus untuk menambah wawasan dengan baca buku minimal satu jam sehari, tetap menjaga kondisi fisik dengan rutin main Ring Fit minimal dua hari sekali, dan dari sisi spiritual gw ingin baca Quran saat akan tidur dan baru bangun tidur. Dari segi hard skill, gw ingin menambah skill programming gw dengan ngambil kelas 100 days Python boot camp.

Feedback secara objektif

Tentunya gw ingin supaya tiap hari kegiatan produktif gw lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan main yang sifatnya lebih counter-productive. Akan tetapi, so far gw menilai ini cuma pakai feeling, dan antara perasaan dengan apa yang terjadi sebenarnya biasanya nggak sepenuhnya sinkron karena bias dalam ngasih penilaian. Supaya bisa lebih objektif, gw pun menginstall app StayFree di hape untuk melakukan tracking, sebenarnya seberapa banyak sih screen time gw tiap hari selama menganggur ini? Palingan sekitar dua jam kan ya? Dan ternyata..

Oh my, selama nganggur ini gw menghabiskan terlalu banyak waktu mainan hape, dan dari app breakdown kelihatannya paling banyak dihabiskan dengan mainan Reddit. Runner up nya adalah Google Chrome, yang sebagian besar dikarenakan keseringan membaca lore Warhammer 40K (to be fair it’s super interesting).

Lumayan sobering, melihat seberapa banyak waktu gw dalam satu hari terbuang sia-sia buat hal yang nggak produktif. Bayangkan aja, misalnya alokasi waktu itu gw fokuskan untuk hal yang lebih esensial dan lebih searah dengan apa yang mau gw capai, mungkin gw bisa mencapai jauh lebih banyak. Biasanya dalam sehari-hari kita bukannya nggak punya waktu, tapi mungkin kurang pandai aja dalam planning dan alokasi waktu sehari.

Ingat, we are our habits, yang berarti apa yang selalu kita kerjakan tiap hari akan membentuk siapa kita. Misalnya tiap hari gw menghabiskan waktu untuk belajar programming, maka gw akan menjadi seorang programmer. Akan tetapi, misalnya tiap hari waktu gw habis untuk nongkrongin Reddit, ya gw otomatis akan jadi redditor handal – yang bisa dibilang nggak bisa dibanggakan dan nggak sesuai dengan apa yang ingin gw capai.


Terus, bagaimana caranya supaya kita nggak terus-terusan buang-buang waktu melakukan kegiatan yang nggak produktif dan bisa mencapai target self-development plan kita?

Budgeting

Yang pertama, adalah planning ke depannya dalam satu hari kita mau ngapain. Misalnya kita udah punya gambaran biasanya jadwal kita dalam satu hari seperti apa, maka mestinya kita udah bisa merencanakan secara garis besar bagaimana bentuk hari kita, termasuk dengan halangan-halangan yang ada di dalamnya. Jangan berharap misalnya di hari biasa banyak halangan, terus tiba-tiba hari ini semuanya berjalan lancar tanpa halangan dan semesta sepenuhnya mendukung aktivitas kita.

Cara paling mudah dalam planning adalah dengan menggunakan kalender harian, di mana jadwal kegiatan kita bisa diplanning sampai ke level jam. Bahkan untuk Google calendar, kita bisa melakukan planning dengan increment 15 menit. Hal ini berguna karena dua hal: 1. Biasanya aplikasi kalendar sudah punya built-in notification, sehingga apabila sudah tibanya jam untuk mengerjakan aktivitas yang kita rencanakan otomatis kita akan dapat notifikasi. Ini jadi cue buat kita untuk mulai bekerja, jadi nggak usah pakai feeling kalau kayaknya kira-kira mood kita udah bagus buat kerja nih. 2. Kita jadi dapat gambaran secara jelas semua aktivitas yang kita rencanakan itu kira-kira akan makan waktu berapa lama, dan apa ada waktu kosong yang tersisa.

Ini semacam budgeting, tapi untuk waktu. Dalam budgeting keuangan, gw biasanya udah mengalokasikan gaji gw pertama buat hal-hal yang penting seperti bayar sewa apartemen dan belanja, dan dari sisa yang ada baru gw alokasikan buat kebutuhan tersier seperti jalan-jalan atau beli game. Karena semuanya sudah dialokasikan, jadinya gw bisa spend uang tanpa merasa bersalah karena tahu bahwa toh sudah masuk budget. Begitu juga dengan menggunakan waktu. Kalau semua target aktivitas hari itu sudah terpenuhi, ya kenapa mesti bersalah kalau mau nonton Netflix 2 jam?

If-then

Yang kedua adalah dari awal mempersiapkan alternatif apa yang bisa lakukan misalnya best case scenario kita tidak tercapai.

Dalam menghadapi hari, pasti ada saja halangan-halangan yang ada. Seperti yang udah gw sebutkan di atas, berharap halangan nggak muncul atau hilang dengan sendirinya itu nggak bisa dijadikan strategi. Maka dari itu, solusi paling gampang adalah dengan menggunakan if-then, apabila kita menghadapi satu hal kita sudah siap dengan strategi apa yang harus kita lakukan.

Di kamar hotel yang kecil ini, halangan terbesar gw selama menganggur adalah (maaf yak) anak gw sendiri. Sebagai seorang balita, it’s a given bahwa setiap kali dia bangun dia bakalan berusaha untuk minta perhatian dari kedua orang tuanya. Alhasil, akan susah bagi gw untuk melakukan deep work apabila dia sedang bangun.

Solusinya? Gw udah punya gambaran tentang kapan anak gw kira-kira akan tidur. Dari situ, di awal hari gw juga udah bisa berencana task mana yang butuh konsentrasi lebih tinggi. Dengan menggunakan conditional, gw tahu bahwa misalnya anak gw akan tidur jam 2 siang maka gw akan mulai blogging pada saat itu. Apabila ternyata anak gw nggak tidur, maka gw juga sudah menyiapkan alternatif kerjaan apa lagi yang bisa gw lakukan yang kira-kira gak butuh terlalu banyak konsentrasi, misalnya cuci piring atau beres-beres kamar.


Dengan planning yang bagus dan realistis, kondisi semi menganggur pun bukan halangan untuk menjadi produktif dan terus mengembangkan diri. Tentu saja dalam kondisi ini banyak godaan untuk murni cuma bersenang-senang dan mengerjakan hal-hal yang kurang produktif. Karena itu, bagi gw pun ini masih sebuah proses dan butuh disiplin untuk benar-benar mengimplementasikan apa yang gw tulis sehingga gw bisa memaksimalkan waktu jeda sambil menunggu start kerja ini.