Apakah kamu sibuk?

“Gimana, tadi sibuk nggak di kantor?”

Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh istri gw saat gw baru pulang dari kantor. Hmm, sebenarnya gimana ya menjawab pertanyaan ini? Sebagai orang yang kerja di riset bidang material, sebenarnya perkara sibuk apa enggak itu di kantor itu agak susah dijawab sih.

Sekarang coba kita definisikan dulu, sibuk itu apa. Apakah itu berarti mental resource kita sudah habis terpakai untuk mengerjakan tugas kita di kantor? Atau sibuk itu berarti kita nggak punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan kita?

Masalah kesibukan ini sebenarnya tergantung pada fasa kerjaan gw. Buat yang nggak tahu, sebagai seorang early career researcher biasanya kerjaan gw meliputi eksperimen + pengukuran, mengolah data, baca paper, nulis artikel, dan hal-hal administratif lainnya.

Apabila fase kerjaan gw sedang fokus di bagian eksperimen, maka definisi sibuk akan agak ambigu karena meskipun gw mungkin kerja seharian, waktu di mana gw beneran harus berpikir hanya 10-20% dari total waktu kerja. Berdasarkan pengalaman, berbeda dengan misalnya programming atau mengolah data, bottleneck eksperimen di riset bidang material seringkali bukan di effort kita sendiri – di mana kalau kita mau kerja lebih lama maka pekerjaan bakal lebih cepat beres. Di bidang ini seringkali yang jadi bottleneck adalah faktor-faktor eksternal.

Bottleneck pertama adalah menunggu proses eksperimen kita sendiri, karena banyak hal-hal yang memang nggak bisa dibikin lebih cepat atau dipush dalam riset. Sebagai contoh, dalam menggunakan sistem ultra high vacuum maka gw harus menunggu sistemnya dipompa dalam waktu yang lama. Contoh lain, misalnya gw sedang melakukan deposisi material untuk crystal growth, prosesnya memakan waktu sekitar satu jam. Di sini pun sebenarnya prosesnya berjalan otomatis selama satu jam dan gw cuma harus mensupervisi prosesnya dari waktu ke waktu untuk memastikan semua berjalan lancar.

Di dalam proses ini pun ada masalah lain, yaitu apabila prosesnya relatif singkat tapi repetitif. Apabila gw menjalankan proses dengan durasi selama setengah jam atau lebih, maka akan sangat mudah bagi gw untuk switch fokus dan mengerjakan hal lain saja, entah misalnya baca paper atau blogging. Sebaliknya, jika prosesnya hanya memakan 5 menit tapi tiap 5 menit gw harus meng-adjust alat, maka waktunya terlalu singkat untuk jadi produktif dan mengerjakan hal lain, tapi cukup panjang buat bikin bosan. Contohnya saat gw menggunakan focused ion beam, di mana tiap 5 menit gw harus menyetel alat untuk membuat pola yang berbeda dan dilanjutkan dengan menunggu sampai pola yang gw desain selesai ditulis.

Pew pew I’m writing tiny patterns on my sample surface using gallium ion beams

Faktor lain yang juga mempengaruhi jadwal kesibukan gw adalah ketersediaan alat pengukuran. Karena dalam riset material banyak alat milik bersama, tiap pengguna alat harus melakukan booking terlebih dahulu sebelum bisa menggunakan alat. Kadang ada aja periode di mana alat yang gw butuhkan beneran fully booked, sehingga gw nggak bisa langsung melakukan eksperimen saat itu juga dan harus menunggu sampai ada slot waktu yang kosong. Dan ada saja saat-saat di mana alatnya rusak dan harus dibenerin dulu, nothing I can do about it. Hari-hari seperti ini beneran ngebosenin karena kadang eksperimen yang harus dilakukan udah selesai dan untuk lanjut ke fase berikutnya gw harus melakukan pengukuran terlebih dahulu.

Menariknya, berlawanan dengan saat eksperimen, gw justru harus 100% fokus saat sedang kerja di meja (simulasi nggak dihitung karena bottlecknya adalah lama simulasi). Di sini yang jadi bottleneck ya beneran seberapa cepat kita bisa mengolah informasi dan menulis, karena nggak ada proses yang harus ditunggu. Apabila gw sedang dalam tahap nulis paper atau proposal, gw bisa bilang bahwa gw beneran sibuk karena 100% waktu kerja gw beneran dipakai mikir.

Masalah bottleneck dan kesibukan ini jadi tantangan tersendiri, karena gw harus pintar-pintar memanage waktu dan merencanakan proyek untuk memastikan proyek riset gw berjalan lancar dan nggak kepentok hal-hal seperti ketersediaan alat dan juga membuat backup plan untuk hal-hal nggak terduga, misalnya anak master yang ngejatohin sampel di dalam vacuum chamber sehingga gw harus buka chamber dua kali dalam dua minggu.

Sampai saat ini gw masih belajar bagaimana memanage waktu dengan baik, dan seiring bertambahnya tanggung jawab di masa depan gw yakin gw harus bisa lebih baik lagi.